Tuesday, April 19, 2011

4Hari Perjudian....

           Ngeri.... barangkali itu yang terpikirkan oleh saya dan kawan kawan. Ketika kita bercermin pada 3 tahun yang lalu, masih nampak wajah lugu polos yang siap bermutasi menjadi setiap  Berminggu-minggu sebelum hari H itu tiba, benak dipenuhi bayang-bayang kecemasan realitas tanpa ambang batas. Dalam Hari yang bersejarah itu, seorang  pembangkang menjadi terkekang, seorang yang pelajar yang gemar tawuran tunduk patuh pada aturan. Moment prestigius nan sakral itu mereka sebut UAN (Ujian Akhir Nasional).

             
  Bayangkan betapa hebatnya suatu ritual yang dilakukan setiap pelajar itu. Duduk manis dengan tangan memegang pena, mulut komat-kamit membaca untaian kata-kata yang mampu membuat pikiran melayang entah kemana. Setiap detik yang mereka lalui terasa begitu bermakna. Bagi yang mampu mengerjakan mereka akan mengulang-ulang membaca, meyakinkan diri mereka sendiri apa yang dia baca sesuai dengan yang ada didalam kepala. Bagi yang tidak bisa, mereka akan berakting seolah-olah cool dimata para pengawas, sedangkan pandangan mereka tajam menusuk kesemua arah jarum jam, 360 derajat bergerilnya mencari dan menemukan  teman yang bersedia berbagi jawaban dengan mereka. Tak jarang pula tangan bermain dengan secarik kertas kecil, atau dengan indahnya memainkan tuts-tuts handphone yang mereka pegang dari balik bangku meja.

                Yah inilah Negara kita tercinta. Standard dan kualitas seorang manusia hanya diukur dari selembar kertas yang dia pertaruhkan dalam 3/4/5 hari dalam setiap jenjang pendidikanya. Dalam akhir masa sekolahnya, nasib kehidupanya dipertaruhkan. Tidak lulus memang bukan akhir dari dunia, namun ijazah kelulusan adalah sebuah syarat dalam mengenyam pendidikan tinggi dan mencari pekerjaan. Aneh memang, skill dan kemampuan seseorang dinilai dari bagaimana mereka mencapai selembar prestasi akademik mereka.

           Saya pribadi juga mempertanyakan, jika tidak ada UAN lantas apa dan bagaimana sistem yang paling tepat digunakan untuk menilai kemampuan seorang pelajar. Meskipun dalam hati saya yakin tidak semua nilai setiap pelajar yang tercantum dalam lembaran kertas sakral tadi benar-benar murni  hasil kerja merka sendiri. Saya contohnya-(hehe jadi malu). 

           Meskipun saya cukup puas dengan hasil yang didapat, terkadang saya bercanda dengan temen yang mencontek namun nilainya lebih tinggi dari teman yang diconteknya, kata mereka Posisi Menentukan Prestasi Coy!. Semua berbanding lurus dengan amal dan usaha yang mereka lakukan ketika berhadapan dengan resiko ketahuan pengawas-yang saat ini saya kenal dengan istilah "High Risk High Return-. Namun saya yakin, pada akhirnya semua akan kembali dengan pribadi dan personaliti seseorang ketika dia mengusahakannya. Tak sedikit teman-teman saya yang meskipun nilainya pas-pasan, namun mereka mampu mendapatkan kursi di PTN favorit. Bila dibandingkan teman-teman yang nilainya diatas namun didapat dengan aksi improvisasi ketika ujian, hasilnya para pencontek menang dari segi nilai namun kalah telak dalam prospek kedepan.

           Dari secuil kisah klasik ini, kita bisa mengaca bahwa meskipun terkadang jalan instan membawa sesungging senyuman istimewa, namun kerja keras akan membawa sebuah kenangan yang hidup yang membahana, mampu mengistimewakan kita kelak ketika kita mengisahkan perjalanan dan perjuangan hidup kepada anak cucu kita. Begitu banyak kisah-kisah lain yang menceritakan tentang orang-orang yang sukses meskipun dari sisi akademik mereka kalah bersaing dengan beberapa orang. Bagi teman-teman yang saat ini sedang berusaha dengan keras menaklukkan 4 hari pertaruhan ini, saya doakan kalian mendapatkan yang terbaik. Kalopun hasilnya belum sesuai dengan apa yang diharapkan, jangan menyerah, mungkin ada rencana besar dibalik semua itu. Tetap semangat dan sukses selalu, Allah akan memberi pertolongan dari jalan yang tak disangka-sangka.

2 comments:

TD FIRM INDONESIA said...

keren :D
like thizs 1000x hhee

Kang.AbuAbu said...

haha, cuman mengenang kenangan UAN 3 tahun yang lalu, dan waktu terasa sangat cepat sekali berlalu, sudah 3 tahun lebih ternyata.